Pages

Jumat, 30 September 2011

Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan pertumbuhan atau reproduksi mereka. Oleh karena itu, kelompok obat ini hanya berguna untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Sampai saat ini, antibakteri masih merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan.Menurut Center for Disease Control and Prevention, sekitar 150 juta resep antibakteri ditulis diAmerika Serikat setiap tahun. Di Indonesia, kurang lebih sepertiga pasien rawat inap mendapat terapi antibakteri dan menurut perkiraan, biaya pengobatan ini dapat mencapai 50% dari anggaran untuk obat di rumah sakit.
 
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gonzales menunjukkan bahwa dari seluruh antibakteri oral yang diresepkan di Amerika serikat, hanya 30% yang digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri, sedangkan lebih dari separuhnya digunakan untuk pengobatan infeksi yang tidak disebabkan oleh bakteri.
Penggunaan obat yang berlebihan dan tidak tepat guna ini dapat
(i) meningkatkan risikoterjadinya superinfeksi dan efek samping antibakteri,
(ii) meningkatkan biaya pengobatan,(iii) memperpanjang lama penggunaan antibakteris ebagai akibat dari pengobatan yang kurang optimal,
(iv) meningkatkan lama perawatan penderita di rumah sakit sebagai akibat dari reaksi obat yang tidak dikehendaki atau komplikasi dan
(v) menimbulkan resistensi antibakteri, seperti methicillinresistant staphylococcus aureus(MRSA) dan vancomycin-resistant enterococci(VRE), yang akhir-akhir ini menjadi masalah kesehatan yang sangat serius.
 
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mempromosikan penggunaan antibakteri yang efektif, aman, rasional dan terjangkau oleh masyarakat adalah menyusun dan mengikuti pedoman dan petunjuk klinis peresepan antibakteri yang didasarkan pada bukti ilmiah.
Interaksi ObatInteraksi obat didefinisikan sebagai modifikasiefiek satu obat akibat obat lain yang diberikan sebelumnya atau bersamaan; atau apabila dua obat atau lebih berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih menjadi berubah. Jika kombinasi terapeutik tersebut mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan atau komplikasi pada kondisi pasien,maka interaksi tersebut merupakan interaksi yang bermakna secara klinis.
Untuk mencegah interaksi obat, dokter dan farmasis harus waspada terhadap semua obat yang digunakan oleh pasien. Apabila terjadi interaksi obat, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(i) hindari kombinasi penggunaan obat yangberinteraksi dan bila perlu pertimbangkan untukmemakai obat pengganti,
(ii) sesuaikan dosis obatpada saat memulai atau menghentikan penggunaanobat yang menyebabkan interaksi,
(iii) pantaukondisi klinis pasien clan bila perlu ukur kadar obatdalam darah,
(iv) lanjutkan pengobatan sepertisebelumnya bila kombinasi obat yang berinteraksitersebut merupakan pengobatan yang optimal ataubila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.

0 komentar:

Posting Komentar